ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS TERHADAP Ny. SM DENGAN PARTUS PRESIPITATUS / CEPAT DI RB ASIH, LAMPUNG TIMUR
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS
TERHADAP Ny. SM DENGAN PARTUS PRESIPITATUS / CEPAT
DI RB ASIH, LAMPUNG TIMUR
I. PENGUMPULAN DATA DASAR (tanggal
24 November 2007)
A. IDENTITAS
Nama Ibu : Ny.
SM Nama
Suami : Tn. SD
Umur :
24
tahun Umur :
27 tahun
Agama :
Islam Agama :
Islam
PendidIkan :
SMP Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat :
Sekampung
Udik, Alamat :
Sekampung Udik
B. KELUHAN UTAMA
Ibu G2P1A0 hamil 37
minggu, mengeluh mual/muntah, nyeri perut bagian bawah. Dari vagina mulai
mengeluarkan lendir bercampur darah dan mengeluarkan air sedikit-sedikit.
C. TANDA-TANDA
PERSALINAN
Ibu datang pukul 10.00 WIB, dengan kontraksi uterus yang
kuat dan lama, mengeluarkan lendir agak kecoklatan, ibu mengeluh nyeri yang
amat sangat di punggung bagian bawah dan adanya dorongan untuk mengejan.
D. PENGELUARAN
PERVAGINAM
Lendir bercampur darah dan tidak ada pengeluaran air
ketuban.
E. RIWAYAT KEHAMILAN
Riwayat Haid
Menarche = 13 tahun
Siklus =
28 hari
Lamanya = 5 – 7 hari
Keluhan = tidak ada
Jumlahnya = 2-3 × ganti pembalut
HPHT =
17-02-2007
TP =
24-11-2007
F. PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
1. Trimester I
ANC : 2× di bidan
Keluhan : tidak ada
Anjuran : banyak istirahat
Terapi : berikan ibu vitamin C
2. Trimester II
ANC : 3× di
puskesmas
Keluhan : ibu sering merasa pusing
Anjuran : ANC secara teratur
Terapi : berikan ibu tablet Fe
1×1 tab/hari
3. Trimester III
ANC : 2× di bidan
Keluhan : Ibu sering BAK
Anjuran : ANC secara teratur
Terapi : berikan ibu tablet Fe
1×1 tab/hari
G. RIWAYAT HAMIL, BERSALIN
DAN NIFAS YANG LALU
Hamil
Ke-
|
Tahun
Lahir
|
Lama dan Jenis
Persalinan
|
Penyulit
Komplikasi
|
Penolog
dan Tempat
|
BB/PB
|
Keadaan anak
|
1
|
2003
|
12 jam/ spontan pervaginam
|
Tidak ada
|
Bidan / RPS
|
3200 gr/ 50 cm
|
Sehat
|
H. RIWAYAT IMUNISASI
1. TT1 =
Usia kehamilan 5 bulan di bidan
2. TT2 =
Usia kehamilan 6 bulan di bidan
I. PERGERAKAN
JANIN DALAM 24 JAM TERAKHIR
Ibu merasa gerakan janin sangat kuat dan aktif
J. POLA
KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Nutrisi
a. Sebelum hamil
Ibu makan 3× sehari dengan porsi 1 piring nasi, 1 potong
lauk, 1 mangkok sayur, serta minum 7-8 gelas/hari.
b. Saat hamil
Ibu makan dan minum seperti biasa hanya porsinya lebih
banyak.
2. Eliminasi
a. Sebelum
hamil : BAB = 1-2×
sehari
BAK = 2-6× sehari
b. Saat
hamil :
BAB = 1× sehari
BAK = 8-10× sehari
3. Istirahat dan tidur
a. Sebelum hamil
Ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 2 jam
b. Saat hamil
Istirahat dan tidur ibu kurang karena pegal pada pinggang,
nyeri menjalar ke perut bagian bawah, dan sering BAK.
K. PSIKOLOGIS
Ibu mengatakan takut dan cemas menghadapi persalinannya
karena merasakan nyeri yang amat sangat.
L. PEMERIKSAAN
1. Keadaan Umum :
Baik
Kesadaran :
Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD :
110/70 mmHg
Suhu : 36,6 ºC
Nadi : 80× /menit
RR :
24× /menit
3. a. Berat badan
ibu : sebelum
hamil = 46 kg
setelah
haim =
57 kg
kenaikan =
11 kg
b. Tinggi badan
ibu : 155 cm
c.
LILA :
26 cm
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1. Rambut : warna
hitam, bersih, tidak rontok.
2. Mata : bentuk
simetris, konjungtiva merah muda, sklera an ikterik, kelopak mata tidak oedeme.
3. Muka : bentuk
simetris, tidak pucat tidak ada cloasma gravidarum.
4. Hidung : bentuk
simetris, tidak ada pembesaran polip, fungsi penciuman normal, keadaan bersih.
5. Mulut dan
gigi : bentuk simetris, tidak ada caries maupun stomatitis,
keadaan mulut bersih, fungsi pengecapan baik, kebersihan cukup.
6. Telinga : bentuk
simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik.
7. Leher : tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakan vena jugularis.
8. Dada : bentuk
simetris, putting susu menonjol, colostrum ada.
9. Abdomen : terdapat
strie livida, bentuk membesar, tidak ada luka bekas operasi.
10. Payudara : membesar
simetris kanan kiri, putting susu menonjol, hyperpigmentasi, tidak ada
benjolan abnormal, colostrum belum keluar.
11. Pinggang : keadaan
lordosis.
12. Genetalia : tidak
ada haemoroid, vagina tidak ada varises maupun oedeme, pada perineum tidak
ada bekas luka.
13. Ekstrimitas
a. Atas : Bentuk
simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedeme.
b. Bawah : Bentuk
simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedeme, reflek patella (+).
14. Rectum : Ibu
mengatakan sudah BAB hari ini, keadaan rectum kosong, perineum melemas.
b. Palpasi
1. Leopold
I : TFU =
32 cm
TBJ = (32-11) × 155 :
3255 gram
2. Leopold
II : Bagian kanan ibu
teraba bulat, lebar dan keras yang berarti punggung dan bagian kanan teraba
bagian-bagian kecil.
3. Leopold
III : Bagian bawah teraba bulat,
keras, dan kepala sudah tidak bisa digoyang lagi.
4. Leopold
IV : Bagian bawah janin sudah
masuk ke PAP/konvergen
c. Auskultasi
DJJ terdengar jelas di bawah pusat sebelah kanan dengan
frekuensi 138× /menit.
d. Perkusi
Reflek patella (+) ada.
5. Pemeriksaan dalam
pukul 10.00 WIB
a. Vulva/vagina : slym
ada
b. Dinding
vagina : teraba rugae, tidak ada benjolan
c. Promontorium : tidak
teraba
d. Portio : tipis,
pembukaan 3 cm
e. Ketuban : ada
(+)
f. Presentasi : kepala
g. Penurunan : Hodge
1, 4/5
h. His : ada 4
– 6 × setiap 10 menit
i. Lama : 20-40
detik
j. Perineum : kaku
Pengawas Kala 1
Tanggal
|
Waktu
|
Pembukaan
Serviks
|
Kondisi Ibu
|
Kondisi Janin
|
||||||||
Tekanan
Darah
|
Pols
|
RR
|
Temp.
|
Obat/ cairan yang diberikan
|
Urine
|
Kontraksi uterus/his
|
DJJ
|
Penurunan kepala
|
Ketuban/ penyusupan
|
|||
24/11/07
|
10.00
|
3 cm
|
110/70
|
80
|
24
|
36,6 ºC
|
-
|
100 cc
|
Kekuatan sedang, lama 20-30× dalam 10 menit (4×/10 menit)
|
138 ×/menit (+)
|
4/5
|
4/0
|
10.30
|
80
|
22
|
-
|
Kekuatan sedang, lama 20-40× dalam 10 menit (4×/10 menit)
|
136 ×/menit (+)
|
|||||||
11.00
|
82
|
22
|
-
|
Kekuatan sedang, lama 20-40× dalam 10 menit (4×/10 menit)
|
138 ×/menit
|
|||||||
24/11/07
|
11.30
|
82
|
24
|
-
|
Kekuatan sedang, lama 20-40× dalam 10 menit (4×/10 menit)
|
140 ×/menit
|
||||||
12.00
|
80
|
20
|
-
|
150 cc
|
Kekuatan sedang, lama 20-40× dalam 10 menit (4×/10 menit)
|
138 ×/menit
|
||||||
12.30
|
82
|
22
|
-
|
Kekuatan sedang, lama 20-40× dalam 10 menit (4×/10 menit)
|
140 ×/menit
|
|||||||
13.00
|
82
|
22
|
-
|
Kekuatan sedang, lama 20-40× dalam 10 menit (4×/10 menit)
|
142 ×/menit
|
|||||||
13.30
|
80
|
24
|
-
|
Kekuatan sedang, lama 20-40× dalam 10 menit (4×/10 menit)
|
140 ×/menit
|
|||||||
14.00
|
5 cm
|
120/80
|
80
|
22
|
37 ºC
|
-
|
150 cc
|
Kontraksi 4×/10 menit, lama 45 detik
|
142 ×/menit
|
3/5
|
4/0
|
II. INTERPRETASI
DATA DASAR
A. Diagnosa
Ibu G2P1A0 hamil 37
minggu, janin hidup, tunggal, intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala
posisi puki, inpartu kala 1 fase laten.
Dasar :
1. Ibu merasakan nyeri
yang amat sangat
2. Kontraksi uterus yang
kuat
3. Pembukaan 3 cm.
Penurunan kepala pada Holdge 1 4/5, ketuban masih utuh.
B. Masalah
1. Gangguan rasa nyaman
dikarenakan nyeri pinggang yang hebat
Dasar : ibu mengatakan nyeri yang hebat di
sekitar punggung bagian bawah, ibu selalu meringis kesakitan.
2. Dikhawatirkan terjadi
robekan jalan lahir karena perineum kaku.
C. Kebutuhan
1. Penyuluhan cara
mengurangi rasa nyeri dan relaksasi
2. Pemenuhan kebutuhan
cairan dan nutrisi
3. Persiapan heating jika
terjadi robekan.
III. IDENTIFIKASI
DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
A. Potensial terjadinya partus cepat
/ presipitatus
Dasar
: Ibu G2P1A0,
kontraksi uterus kuat, ketuban pecah pada pembukaan 8 cm, dan kepala telah
seluruhnya masuk ke dalam PAP.
B. Potensial terjadinya rupture
uteri
Dasar : Kontraksi uterus yang hebat.
IV. IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN TINDAKAN DAN KOLABORASI
A. Persiapan heating set jika terjadi
laserasi dan robekan jalan lahir
B. Kolaborasi dengan dokter
bila ada komplikasi pada kala 1 dan proses persalinan seperti rupture uteri.
V. RENCANA
MANAJEMEN
A.
|
1.
2.
3.
4.
|
Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
Observasi terus kemajuan persalinan
Segera siapkan ruangan bersalin, kebutuhan fisik dan
psikologis ibu
|
B.
|
Penyuluhan cara mengedan efektif
|
|
1.
2.
3.
|
Jelaskan manfaat mengedan efektif
Ajarkan ibu cara mengedan efektif
Observasi cara mengejan ibu
|
|
C.
|
Penyuluhan mengatasi rasa nyeri
|
|
1.
2.
|
Jelaskan penyebab nyeri
Ajarkan cara mengatasi nyeri
|
|
D.
|
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
|
VI. IMPLEMENTASI
LANGSUNG
A.
|
1.
|
Menjelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini
Keadaan ibu baik, ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi
persalinan.
|
|
2.
|
Memberi ibu dukungan psikologis
Menjelaskan bahwa ibu bisa melewati persalinan ini dengan
lancar, memberikan support pada ibu, dan mendampingi ibu dalam persalinan,
serta menghadirkan keluarga yang paling dekat dengan ibu sebagai pendamping
ibu dalam bersalin.
|
||
3.
|
Mempersiapkan ruang untuk bersalin, alat, kebutuhan fisik,
dan psikologis ibu serta persiapan bidan/penolong
|
||
a)
|
Memastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang
diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan
kelahiran bayi. Siapkan ruang bersaling yang hangat dan bersih. Memiliki
sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
|
||
b)
|
Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan
asuhan. Segera ganti peralatan yang hilang atau rusak.
|
||
c)
|
Menganjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan
minuman air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi.
|
||
d)
|
Memberi dukungan pada ibu, pada proses persalinan.
|
||
4.
|
Mengobservasi kala 1 dengan partograf.
|
||
B.
|
Mengajarkan pada ibu mengenai cara mengedan yang efektif
|
||
1.
|
Menganjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan
alamiahnya selama kontraksi
|
||
2.
|
Memberitahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.
|
||
3.
|
Meminta ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat di
antara kontraksi.
|
||
4.
|
Menjelaskan pada ibu bahwa berbaring miring atau setengah
duduk ia akan lebih mudah untuk meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan
dagu ditempelkan ke dada.
|
||
5.
|
Meminta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
|
||
6.
|
Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu
kelahiran bayi.
|
||
7.
|
Menanyakan pada ibu apakah sudah mengerti dengan
penjelasan cara mengedan efektif.
|
||
C.
|
Mengajarkan ibu untuk mengatasi rasa nyeri
|
||
1.
|
Menganjurkan ibu untuk miring
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman
selama persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping
lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri,
duduk, jongkok, berbaring miring dan merangkak.
Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat
membantu turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek waktu persalinan.
Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan.
|
||
2.
|
Mengajarkan teknik relaksasi
Menganjurkan ibu untuk duduk santai, menarik nafas,
berendam, mendengarkan musik.
|
||
D.
|
Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
|
||
1.
|
Pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes/menit
Pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan RL dan NS. Infuskan 1 liter dalam 15 sampai 20 menit.
Jika mungkin infuskan 2 L dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan ke
125 cc/jam.
|
||
2.
|
Pemberian obat ampicilin 1 mg atau menurut advis dokter
berikan ampisilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per oral.
|
VII. EVALUASI
1. Ibu mengerti dengan
kondisinya saat ini bahwa ia segera memasuki proses persalinan.
2. Ibu mengerti tentang
apa yang di jelaskan oleh bidan, seperti :
a. Cara mengejan
yang efektif
b. Cara mengurangi rasa
nyeri
3. Alat-alat persalinan
telah siap
4. Ibu sudah ditempatkan
dalam ruangan persalinan
5. Kebutuhan nutrisi
telah terpenuhi.
KALA
II pukul 18.00
S
|
:
|
Ibu mengatakan seperti ingin BAB dan keluar lendir
bercampur darah dari kemaluannya.
|
|
O
|
:
|
a)
|
Keadaan
umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
|
b)
|
Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82 ×/menit
RR : 26 ×/menit
Suhu : 37 ºC
|
||
c)
|
DJJ : 142 ×/menit
|
||
d)
|
HIS :
ada 5×10 menit
Lamanya :
50 detik
|
||
e)
|
Hasil pemeriksaan dalam
Portio tidak teraba, pembukaan 8 cm, presentasi kepala,
penurunan kepala hodge IV pukul 18.00
|
||
A
|
:
|
1.
|
Diagnosa
G2P1A0 hamil aterm,
dari vagina keluar lendir berwarna kecoklatan bercampur darah dan air, janin
tunggal, hidup, intrauterin, inpartu kala II dengan fundus presipitutus.
|
2.
|
Masalah
Ibu cemas menghadapi persalinan karena pembukaan serviks
belum lengkap.
|
||
P
|
:
|
1.
|
Jelaskan pada ibu bahwa ia memasuki kala II atau kala
pengeluaran, jelaskan pada ibu bahwa ibu ……. bahwa dengan partus cepat ibu
dapat memasuki kala II. Bila kepala telah sepenuhnya masuk ke dalam PAP, dan
ketuban telah pecah. Walaupun pembukaan serviks belum lengkap, persalinan
dapat berlangsung dengan adanya kontraksi yang kuat.
|
2.
|
Pantau persalinan kala II
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu
dipantau secara berkala dan ketat selama berlangsungnya kala dua persalinan.
Pantau, periksa dan catat :
1) Nadi ibu setiap 30
menit
2) Frekuensi dan lama
kontraksi setiap 30 menit
3) DJJ setiap selesai
meneran atau setiap 5-10 menit
4) Penurunan kepala
bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa
dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih cepat.
5) Warna cairan ketuban
jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah)
6) Apakah ada
presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka
7) Putaran paksi luar
segera setelah kepala bayi lahir
8) Kehamilan kembar
yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir
9) Catatkan semua
pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
|
||
3.
|
Atur posisi ibu senyaman mungkin
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu
dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua, karena hal ini
dapat membantu kemajuan persalinan. Mencari posisi meneran yang paling
efektif dan menjaga sirkulasi utera. Plasenta tetap baik.
Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa
nyaman bagi ibu dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat di antara
kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gaya grafitasi
untuk membantu ibu melahirkan bayinya. Selain itu mengubah posisi juga dapat
mengurangi nyeri.
|
||
4.
|
Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan
minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih
ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah memasuki fase aktif,
mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga
sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan selama proses
persalinan. Pasang infus untuk menghindari ibu kehabisan tenaga saat meneran
bila ibu tidak mau makan dan minum, atau makan dan minum tetapi dalam jumlah
yang sangat sedikit.
|
||
5.
|
Anjurkan ibu untuk meneran setiap ada His
Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit
setelah kepala bayi seluruhnya masuk ke dalam PAP dan ketuban telah pecah
anjurkan ibu untuk meneran disetiap puncak kontraksi.
|
||
6.
|
Observasi tanda-tanda vital, DJJ dan pengeluaran
pervaginam
a. Nadi ibu
setiap 30 menit
b. Frekuensi dan lama
kontraksi setiap 30 menit
c. DJJ setiap
selesai meneran atau setiap 5-10 menit
d. Penurunan kepala
bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa
dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih cepat.
|
||
7.
|
Lakukan pertolongan asuhan persalinan normal dengan teknik
septik dan aseptik
|
||
8.
|
Berikan dukungan pada ibu baik mental dan spiritual, dan
anjurkan suami untuk mendampingi ibu
|
||
9.
|
Menolong melahirkan kepala, bahu, badan.
a. Bayi lahir
dengan partus presipitatus pukul 18.30 WIB
b. Jenis kelamin :
laki-laki; BB : 3300 gr; PB = 52 cm.
c. Apgar score :
8/9
|
||
10.
|
Palpasi, bayi tunggal
|
KALA III pukul
18.30 WIB
S
|
:
|
a.
b.
|
Ibu merasa bahagia, karena bayi sudah lahir dengan selamat
Ibu mengatakan perutnya masih mulas.
|
O
|
:
|
a.
|
Keadaan
umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
|
b.
|
Periksa tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82 ×/menit
RR : 20 ×/menit
Suhu : 36,8 ºC
|
||
c.
|
Pada palpasi didapat uterus teraba bulat dan keras.
TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak
ada bayi ke-2
|
||
d.
|
Planceta belum lahir
|
||
e.
|
Tali pusat bertambah panjang.
|
||
A
|
:
|
a.
|
Diagnosa
P2A0 à Partu kala III
Dasar : ibu melahirkan anak ke-2, bayi lahir pukul
18.30 WIB, BB : 3300 gr, jenis kelamin laki-laki
|
b.
|
Masalah :
Potensial terjadi retensio placenta
Dasar :
Placenta belum lahir
|
||
c.
|
Kebutuhan : Management
aktif kala III
|
||
P
|
:
|
a.
|
Lakukan pengawasan kala III
Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Hal ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat placenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran placenta tidak berubah maka placenta akan terlibat, menebal
dan kemudian lepas dari dinding uterus.
|
b.
|
Lakukan vulva hygiene
Vulva hygiene ibu dari labia mayora dari atas ke bawah 1×
usap, apabila belum bersih ulangi lagi. Bersihkan labia minora dari atas ke
bawah 1× usap dan bersihkan dari bestibulum ke anus 1× usap.
|
||
c.
|
Lakukan managemen aktif kala III
1. Pemberian suntikan
oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
2. Penegangan tali
pusat terkendali
3. Masae fundus uteri,
selama 15 detik setelah plasenta lahir
Placenta lahir pukul 18.45 WIB
Berat placenta : 500 gram
Panjang tali pusat : 15 cm.
|
||
d.
|
Awasi perdarahan dan tanda-tanda vital, kontraksi uterus
1. Pantau nadi ibu
setiap 30 menit
2. Pantau frekuensi dan
lama kontraksi setiap 30 menit
3. Masase fundus selama
15’
|
||
e.
|
Periksa robekan jalan lahir dan perdarahan
|
||
f.
|
Terjadi robekan jalan lahir derajat 2
Lakukan tindakan heating.
|
I. Mempersiapakan Penjahitan
1. Bantu ibu mengambil
posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur / meja. Topang
kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk memegang kaki
ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.
2. Tempatkan handuk / kain
bersih di bawah bokong ibu
3. Jika mungkin,
tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perinium bisa dilihat dengan jelas.
4. Gunakan teknik aseptik
pada memeriksa robekan / episiotomi.
5. Cuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
6. Pakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
7. Dengan menggunakan
teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-bahan disinfeksi tingkat tinggi
untuk penjahitan.
8. Duduk dengan posisi
santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa
dilakukan tanpa kesulitan.
9. Gunakan kain / kasa
disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva, vagina dan perineum
ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada sambil menilai
dalam dan luasnya luka.
10. Periksa vagina, serviks dan perineum secara
lengkap. Hanya merupakan derajat I atau II
11. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril yang baru setelah melakukan pemeriksaan
rektum.
II. Memberikan
Anastesi Lokal
1. Jelaskan pada ibu
bahwa akan dilakukan anastesi lokal dan bantu ibu merasa santai.
2. Hisap 10 ml larutan
lidokain 1% ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml. Jika lidokain 1%
tidak tersedia, larutkan 1 bagian 2% dengan 1 bagian normal salin atau air
steril yang sudah disuling.
3. Tempelkan jarum ukuran
22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut.
4. Tusukkan jarum ke
ujung atau pojok laserasi atau sayatan luka tarik jarum sepanjang tepi luka (ke
arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum).
5. Aspirasi (tarik
pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam
pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik, jangan suntikkan lidokain
dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali.
Alasan: ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain
disuntikkan ke pembuluh darah.
6. Suntikan anastesi
sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik perlahan-lahan.
7. Tarik jarum hingga
sampai ke bawah dimana jarum tersebut disuntikkan.
8. Arahkan lagi jarum ke
daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke-4 sehingga tiga garis disatu
sisi luka mendapatkan anastesi lokal. Ulangi proses ini disisi lain dari luka
tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk
mendapatkan anasetesia yang cukup.
9. Tunggu selama dua
menit dan biarkan anastesia tersebut bekerja, kemudian uji daerah yang
dianastesi dengan cara dicubit dengan forceps/disentuh dengan jarum yang tajam.
Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu dua menit lagi dan
kemudian uji kembali sebelum mulai menjahit luka.
III. Penjahitan
Laserasi pada Perineum
1. Cuci tangan secara
seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Ganti
sarung tangan jika sudah terkontaminasi atau jika tertusuk jarum maupun
peralatan tajam lainnya.
2. Pastikan peralatan dan
bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan penjahitan sudah didesenfeksi
tingkat tinggi atau steril.
3. Setelah memberikan
anestesia lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah dianastesi, telusuri
dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan
batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka.
Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya menjadi satu
dengan mudah.
4. Buat jahitan pertama
kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian dalam vagina. Setelah
membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih pendek
dari ikatan.
5. Tutup mukosa vagina
dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen.
6. Tepat sebelum cincin
himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke bawah cincin himen sampai
jarum ada di bawah laserasi. Periksa bagian antara jarum diperineum di bagian
atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.
7. Teruskan ke arah bawah
tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah
laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah
dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu untuk melakukan satu
atau dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan/atau
mendekatan jaringan tubuh secara efektif.
8. Setelah mencapai ujung
laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan menggunakan jahitan jelujur
untuk menutup lapisan subkuticuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis
kedua. Periksa lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang.
Luka ini akan menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.
9. Tusukkan jarum dari robekan
perineum ke dalam vagina.
Jarum harus keluar dari belakang cincin himen.
10. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam
vagina. Potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang
dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan membuka.
11. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk
memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam.
12. Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke
dalam anus. Raba apakah ada jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba,
ulangi pemeriksaan rektum enam minggu pasca persalinan. Jika penyembuhan belum
sempurna ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
13. Cuci daerah genital dengan lembut dengan
sabun dan air disinfeksi tingkat tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari
posisi yang lebih nyaman.
14. Nasehati ibu untuk :
a. Menjaga
perineumnya selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan
obat-obatan tradisional pada perineumnya
c. Cuci perineumnya
dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali perhari.
d. Kembali dalam seminggu
untuk memeriksa penyembuhan lukanya, ibu harus kembali lebih awal jika ia
mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya
atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri.
KALA IV pukul 18.45
S
|
:
|
a.
b.
c.
|
Ibu bahagia karena bayinya sudah lahir dengan selamat
Ibu merasa lebih tenang, karena placenta sudah lahir
Ibu mengatakan perutnya masih mulas dan pedih pada jalan
lahir.
|
O
|
:
|
a.
|
Keadaan
umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
|
b.
|
Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 ×/menit
RR : 22 ×/menit
Suhu : 36,7 ºC
|
||
c.
|
TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
|
||
d.
|
Pengeluaran pervaginam, lochea alba, dan ASI keluar lancar
|
||
e.
|
Eliminasi BAB =
1× sehari
BAK =
3-4× sehari
|
||
A
|
:
|
a.
|
Diagnosa
P2A0 partu kala IV
|
b.
|
Masalah
Gangguan rasa nyaman dengan adanya nyeri pada jalan lahir
|
||
c.
|
Kebutuhan
Personal hygiene ibu dan pemenuhan nutrisi dan cairan
|
||
P
|
:
|
1.
|
Observasi keadaan umum ibu untuk mengetahui perkembangan
kesehatan ibu dan bayi secara berkala minimal 3 kali pada masa nifas, 2 jam
segera setelah partu kala III, 3 hari setelah partus, dan seminggu setelah
partus.
a. Observasi
keadaan umum
b. Periksa kontraksi
pada fundus, perdarahan dan tanda-tanda vital
c. ASI sudah
keluar lancar
d. Lochea alba sampai
dengan 1 minggu post partum
|
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Prawiroharjo, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
YBP
Cunningham, F. Gary, 1995. Obstetri Williams. Jakarta :
EGC
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta :
EGC
Azwar, Azrul, 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :
JNPK-KR/POGI
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS TERHADAP Ny. SM DENGAN PARTUS PRESIPITATUS / CEPAT DI RB ASIH, LAMPUNG TIMUR
Terimakasih Telah Membaca Artikel Berjudul ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS TERHADAP Ny. SM DENGAN PARTUS PRESIPITATUS / CEPAT DI RB ASIH, LAMPUNG TIMUR Semoga Bermanfaat.